Selasa, Maret 08, 2011

Membuat Plastik dari Styrofoam


HaLLo sahabat .............
Kalo qt mencermati program acara di televisi..tentunya qt akan lebih mengenal karakter dan trend program acara di stasiun televisi tersebut. Ada yang memberikan porsi program anak-anak lebih besar daripada stasiun tv yang lain....ada yang menyampaikan liputan olahraga hampir setiap hari...dan ada juga yang acaranya setiap saat setiap waktu terisi dengan berbagai informasi dan berita negara-negara dari berbagai belahan dunia

Naah....suatu siang yang mendung...secara tak sengaja ketika sedang asyik berpindah-pindah channel, tiba-tiba mataku menangkap sekelebat bayangan styrofoam dalam liputan di salah satu stasiun tv swasta. Jariku pun terhenti seketika dan mataku segera konsentrasi menyimak unyil yang sedang praktek membuat sesuatu yang bagiku cukup menarik... judulnya aja "membuat plastik sendiri"....... seperti yang sudah kita ketahui kalo biasanya kita membeli wadah-wadah plastik secara instan buatan pabrik dan seringkali kita nggak kepikiran gimana ya cara bikinnya. Tau jadi aja ...

Gini niy cara membuat plastik versi "unyil" :
1. Masukkan aseton lebih kurang 300-500ml ke dalam gelas kaca (hati" ya bahan ini bersifat korosif jd kita harus pake sarung tangan khusus biar aman). Bahan ini bisa kita dapatkan di toko yang menyediakan alat dan perlengkapan laboratorium.
2. Masukkan styrofoam (yg udah dipotong-potong kecil) ke dalam cairan aseton. Styrofoam akan meleleh membentuk polimer. poli=banyak, mer=ikatan
3. Masukkan air dingin setengah gelas dan tambahkan 2 sendok borax lalu diaduk rata
4. Tambahkan lem cair secukupnya lalu aduk lagi sampai rata
5. Masukkan ke dalam cetakan sebelum bahan memadat ya
5. Jadi dech plastiknya ^_^

Program acara unyil memang ditayangkan untuk ditonton anak" dan menurutku program ini sangat mengena dalam makna positif ya...setidaknya bisa mengalihkan anak dari program acara dewasa. Mengenal sains dan mengenalkannya pada anak memang bisa kita lakukan dengan permainan seperti kegiatan di atas tapi tentunya tetap harus didampingi orang tua ya...khan ada bahan yang berbahaya dan paztinya untuk anak minimal usia SD....

"Learning by Playing" kayaknya tepat dech buat mengenalkan sains ke anak"... merangsang daya imaginatif dan kreativitas mereka dengan FUN....Jenis permainan sains pun sangat variatif dan gak harus mahal. Kita bisa gunakan benda-benda yang ada di sekitar kita...hmm merangsang kreativitas orang tua juga donk...hehehe....ya iyalah...masak orang tua minta anaknya rajin belajar tapi orang tuanya malah malas-malasan...gak nyambung khan........
so have FuN everybody
0 komentar

Susu Jagung Manis

Dear Friends.....
Hari Sabtu yang lalu...my HubBy berangkat ke Bogor (dalam rangka menimba ilmu...^_^) ...otomatis aq alone @ home..halah lebay.com .... tapi untungnya my Lovely Ibuk dateng ke rumah so....i'm not alone anymore dwech..hehehe
Pagi" maz cakep udah mandiin si XeXi mpe glossy abiz ... trus qt berdua termangu ngliat tumpukan jagung manis yang belum diolah.... sssstt maz cakep abiz panen jadi do'i bawa pulang jagung manis satu pack (secara maz cakep berkarya di Research alias breeder jagung manis gitchu loh)... Mayan juga buat oleh" tukang lampu yang rela berpanas-panasan mbenerin tiang lampu beserta saluran listrik siang itu..... Kembali ke tumpukan jagung manis yang menggoda tadi akhirnya maz cakep punya ide dibikin susu jagung ajah.....hmm kayak apa ya rasa n performance-nya?? penasaran juga jadinya
buat ngilangin rasa penasaran itu akhirnya aq cb googling cara membuat susu jagung manis n WoW ternyata minuman ini sangat digemari di daerah Ambarawa Jawa Tengah yang terkenal dengan sebutan cornmilk coz di sana adalah daerah penghasil jagung manis terbesar se-propinsi Jawa Tengah.....ooo n ternyata jagung manis selain mancap dikukus,direbus,dibakar n disayur...juga bisa dibikin minuman sari jagung manis, susu fermentasi ato yoghurt jagung manis, selai n tempe jagung manis lho....keren khan *_^
Variatif banget ya...dari satu bahan bisa jadi bermacam-macam olahan...akhirnya qt berdua mulai mempraktekkan cara bikin susu jagung manis (tanpa fermentasi)..maklum masih trial jadi aq pengen coba bikin minuman swegerr dalam waktu singkat dengan alat yang sudah tersedia...n GO mari qt mulai...

Langkah 1:

Qt bersihkan jagung manis yang masih segar dari rambut jagung trus qt pipil...biar mudah sisir aja pake pisau
4 tongkol jagung manis ukuran sedang cukup lah buat 3 gelas susu jagung manis







Langkah 2:

Masukkan pipilan jagung manis ke dalam blender..lalu tambahkan 2 gelas air hangat sebagai pengencer dan untuk meminimalisir aroma langu jagung manis














Langkah 3:

Blender jagung manis mpe bener-bener halus ya











Langkah 4:

Saring jagung manis yang udah diblender...
Tambahkan air dengan perbandingan 1:4
Sisihkan ampas jagung manis....
(sebenarnya ampas jagung manis masih bisa dimanfaatkan untuk membuat selai dan tempe jagung manis...tp g sekarang ah bikinnya...dah haus niy hehehe...)





Langkah 5:

Rebus sari jagung manis di atas api sampai suhu 80 derajat Celcius...
Kalo mau ambil sarinya aja bisa disaring lagi coz biasanya setelah direbus, sebagian zat pati yang ikut dalam rebusan akan menggumpal seperti jelly ... yummy






Langkah 6:

Tambahkan susu kental manis atau susu skim biar tambah gurih...
bisa juga ditambahkan gula pasir atau gula jawa untuk minuman berenergi....
kalo pengen diet gula..bisa langsung dikonsumsi... slurp...slurp...






Dan tarra.....ni dia susu jagung manis yang udah siap diminum....dingin lebih enak lho....
seperti susu pada umumnya....batas aman dan sehat untuk dikonsumsi kalo disimpan pada suhu ruang hanya 6 jam....kalo disimpan pada suhu dingin bisa tahan lebih lama..
Dibekukan juga mak nyuuss lho...^_^

Ayo bikin yuuukkk....
3 komentar

Rabu, Maret 31, 2010

PDB Is Positioning, Differentiation, and Brand!

Grow with Character! (67/100) Series by Hermawan Kartajaya
PDB Is Positioning, Differentiation, and Brand!

WAKTU menyiapkan draf Repositioning Asia, buku pertama saya bersama Philip Kotler, saya juga menata ulang sembilan elemen. STP atau segmentation, targeting, dan positioning tetap merupakan cara untuk memenangkan mind share.

STP tetap strategi, tidak ada yang berubah! DMS atau differentiation, marketing mix, dan selling tetap tactic untuk memenangkan market share. Sementara itu, BSP atau brand, service, dan process adalah value untuk memenangkan heart-share! Itu tidak berubah sama sekali karena merupakan temuan terbesar saya setelah menggali berbagai sumber.

Hanya, memang harus ada elemen-elemen penghubung antara strategy, tactic, dan value. Nah, penghubung itulah yang saya sebut PDB atau positioning, differentiation, dan brand. Dengan adanya ''segi tiga penghubung'' itu, tiga dimensi marketing, yaitu strategy, tactic, dan value, benar-benar ada link-nya! Itu berarti harus ada link juga antara cara mencapai mind share, market share, dan heart share supaya terintegrasi.

Supaya ikatan segi tiga PDB itu ''kuat'', saya menambahkan ''3I''. Identity adalah ''I'' pertama yang menghubungkan brand dengan positioning.

Artinya? Tanpa ada positioning yang jelas, sebuah brand tidak bermakna. Buat apa Anda keluar duit banyak untuk memopulerkan sebuah brand, kalau tidak ada identitasnya? Brand MarkPlus, misalnya, tidak ada gunanya kalau hanya punya awareness yang sangat tinggi.

Lebih penting dari itu adalah identitasnya sebagai suatu ''institusi marketing yang selalu berada di garda depan dan punya kelas dunia''. Artinya, MarkPlus Inc tidak akan ke mana-mana, ya di marketing saja. Semua harus ada hubungannya dengan marketing. Bisa yang tingkat strategic atau tactical.

Selain itu, saya ingin MarkPlus harus terus di garda depan dalam pengembangan konsep marketing. Tidak boleh hanya mengekor orang lain. Terakhir, harus kelas dunia. Walaupun kita orang Indonesia, arek Suroboyo, harus bisa jadi kelas dunia. Bukan cuma puas jadi jago kandang!

Nah, kalau identity sudah ditetapkan, risikonya? Ya diferensiasi itu!

Harus ada pembeda yang jelas, konkret, dan solid untuk mendukung positioning yang merupakan identitas yang akan dicapai tersebut.

Karena itu, penghubung antara positioning dan differentiation saya sebut sebagai ''I'' kedua. Apa itu?

Integrity! Artinya, positioning yang merupakan janji atau promise sebuah brand itu harus benar-benar punya integritas! Kalau tidak, malah akan jadi back fire. Karena itu, jangan cuma punya slogan yang cantik, tapi gak ada kenyataannya. Dalam kasus MarkPlus Inc, diferensiasi itu terlihat jelas kan.

Tiga divisi, yaitu consulting, research, dan training, ya hanya spesialisasi di marketing. Ditambah, komunitas marketers yang punya club, magazine, dan internet juga sangat marketing oriented.

Brand, sales, dan service yang merupakan tiga pilar MarkPlus Institute of Marketing (MIM) Academy itu pun ya marketing. Kita tidak mau melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan marketing. Buku-buku yang kami terbitkan, termasuk konsep-konsep yang kami launch, adalah selalu konsep ke depan. Bukan hanya yang klasik.

Ketika masih pada 1990-an, saya meluncurkan Konsep Marketing Plus 2000. Waktu itu banyak yang meragukan. Sekarang, semua orang percaya penuh. Sekarang, saya meluncurkan konsep New Wave Marketing dengan 12 C-nya.

Sekali lagi, banyak yang gak percaya. Tapi, lihat aja pada 2020 nanti. Semua marketers di seluruh dunia pasti akan melakukan horizontal marketing itu. MarkPlus harus selalu di garda depan.

Tentang world class, tidak perlu diragukan. Saya sendiri sudah jadi satu di antara hanya dua orang Asia yang dianggap ''gurus who have shaped the future of marketing'' dari Chartered Institute of Marketing, UK.

Asosiasi itu sangat konservatif dalam memilih 50 guru pada 2003. Selain itu, saya sudah menulis lima buku internasional bersama Philip Kotler yang embah-nya marketing dunia. Saya juga satu-satunya orang Indonesia dan orang Asia pertama yang mendapat Distinguished Award dari Pan Pacific Business Association, University of Nebraska.

Saya ceritakan ini semua sama sekali tidak untuk nyombong, tapi untuk menunjukkan bahwa sekali Anda sudah berjanji, Anda harus punya integritas untuk melakukannya. Ini juga untuk memberi inspirasi kepada arek-arek Suroboyo bahwa Anda sekalian bisa masuk ''liga dunia'', asal mau.

Nah, ''I'' ketiga yang menghubungkan differentiation dan brand adalah image. Artinya, kalau diferensiasi Anda solid mendukung positioning, image brand akan positif. Tapi, kalau sebaliknya, akan terjadi image yang negatif. Sebab, kata image itu adalah sebuah kata ''netral'', bisa positif, negatif, atau cuma netral.

Dalam kasus MarkPlus Inc yang akan berulang tahun pada 1 Mei 2010 ini, saya konsekuen banget untuk menjaga supaya segi tiga PDB ini benar-benar tambah kuat! Untuk makin meyakinkan Anda akan pentingnya PDB, saya punya terminologi singkat.

Positioning adalah reason for being. Artinya, jangan asal melahirkan suatu brand. Harus ada alasan yang jelas brand itu dilahirkan untuk jadi apa. Positioning juga akan menentukan target market yang akan dicapai berdasar segmen-segmen yang terlihat.

Differentiation adalah core tactic karena marketing mix dan selling harus dirancang berdasar pembeda yang ditentukan lebih dulu. Sementara itu, brand adalah value indicator. Kenapa?

Semakin kuat sebuah brand, nilainya akan semakin besar. Penguatan brand itu juga harus didukung service dan proses yang in line.

Dengan demikian, sudah jelas bahwa PDB sekarang malah jadi anchor dari sembilan elemen marketing!

Profesor Philip Kotler sangat puas atas penataan ulang sembilan elemen dengan PDB sebagai intinya ini. Karena itu, bermula dari buku pertama, akhirnya lima buku yang saya tulis bersama dia ya berdasar konsep ini. Pelajarannya? Anda harus selalu konsisten untuk membentuk identitas Anda! (*)

0 komentar

Jumat, Februari 19, 2010

Alga Bisa Jadi Baterai Setipis Kertas

Baterai dari kertas sedang dikembangkan dalam penelitian. Baterai dari kertas mungkin akan menjadi sumber tenaga masa depan.Bayangkan suatu hari nanti Anda bisa membungkus hadiah dengan kertas kado bertuliskan "Selamat Ulang Tahun!" yang bisa menyala tanpa baterai konvensional yang kita kenal selama ini, karena kertas itu sendirilah baterainya. Itulah salah satu kemungkinan penggunaan baterai baru yang dibuat dari selulosa, yaitu bahan kertas, sehingga ramah lingkungan karena bisa diurai alam.

Para ilmuwan dari berbagai negara sedang berusaha mengembangkan baterai tipis, fleksibel, ringan, murah, dan ramah lingkungan, yang seluruhnya terbuat dari bahan non-logam. Salah satu bahan yang paling menjanjikan untuk beterai ini adalah polimer berdaya-antar. Namun, hingga kini bahan ini kurang praktis dijadikan baterai, karena kemampuannya menyimpan muatan listrik seringkali berkurang seiring pemakaian.

Mudah dibuat

Nah, kunci pembuatan baterai baru ini ternyata alga hijau Cladophora yang seringkali dianggap pengganggu. Tumbuhan air tawar yang mirip rambut ini bertumpuk dan membusuk begitu saja di seluruh dunia, mengganggu pemandangan dan baunya menyengat.

Alga ini memiliki jenis selulosa yang tak lazim, dengan ciri permukaan selulosa yang sangat luas, yaitu 100 kali selulosa kertas biasa. Ini memungkinkan para peneliti untuk melipatgandakan jumlah polimer berdaya-antar, sehingga baterai tersebut lebih efektif untuk diisi lagi, lebih mampu menahan listrik dan menyalurkan daya listrik.

"Kami telah lama mengharapkan penemuan berguna dari materi alga dan kini hal itu memang memungkinkan," kata peneliti Maria Strømme, pakar nanoteknologi dari Universitas Uppsala, Swedia. "Ini membuka kemungkinan baru untuk produksi skala besar bagi sistem penyimpanan energi yang ramah lingkungan, hemat biaya, dan ringan."

Baterai jenis baru ini terdiri dari lapisan-lapisan tipis polimer berdaya-antar yang berukuran hanya 40 hingga 50 nanometer, atau dari serat pembungkus selulosa alga selebar satu per semiliar meter, hanya selebar 20 hingga 30 nanometer yang diambil untuk dijadikan lembaran kertas.

"Ini sangat mudah dibuat," ujar Strømme.

Cepat diisi ulang

Baterai jenis baru ini bisa memuat daya listrik 50 sampai 200 persen lebih banyak dibandingkan baterai polimer berdaya-antar lainnya yang serupa, dan kalau nanti sudah dioptimalkan, mungkin malah bisa bersaing dengan baterai litium. Baterai ini juga bisa diisi ulang jauh lebih cepat daripada baterai isi-ulang biasa - bandingkan baterai biasa setidaknya butuh sejam untuk diisi ulang, sedangkan baterai baru ini hanya perlu 11 detik hingga delapan menit.

Dala pengembangannya, baterai baru ini juga menunjukkan kemajuan pesat dalam hal kemampuan menahan daya seiring pemakaian. Kalau dibanding dengan baterai polimer lainnya yang kapasitas penahanan dayanya turun 50 persen setelah 60 siklus isi-pakai, baterai baru ini cuma kehilangan 6 persen setelah 100 siklus.

"Pada lapisan polimer yang tebal, sulit untuk mengisi ulang seluruh bahan itu dengan benar, malahan bahan itu berubah jadi insulator (penghambat), jadi kapasitasnya malah berkurang," terang Gustav Nyström, pakar elektrokimia dari Universitas Uppsala. "Kalau lapisannya tipis, seluruh bagiannya bisa menampung dan mengeluarkan daya dengan baik."

Alat elektronik fleksibel

Para peneliti mengisyaratkan bahwa baterai mereka ini tampaknya cocok dapakai untuk alat elektronik yang fleksibel, seperti bahan kain dan pembungkus.

"Kami tak berniat menggantikan litium atau baterai ion - kami ingin menemukan pemakaian baterai yang belum ada," ujar Strømme. "Misalnya baterai bisa diisi di balik kertas pelapis dinding untuk menyalakan sensor di rumah anda. Atau bagaimana bila ditaruh dalam pakaian anda, dan dipakai untuk alat pemindai keringat untuk memeriksa bila anda sakit?"

Arah penelitian di masa depan juga memperhitungkan berapa banyak daya yang hilang dari baterai ini seiring waktu, yang merupakan masalah umum bagi baterai polimer dan jenis lainnya. Penelitian juga melihat kemungkinan memperbesar skala baterai jenis baru ini, "Kita lihat bagaimana jadinya bila baterai ini dibuat dalam skala sangat besar."
Para peneliti menjabarkan hasil terakhir mereka dalam jurnal berjudul 'Nano Letters'.
0 komentar

Ilmuwan Kaji Mitigasi Asteroid Pembunuh


Sejumlah ilmuwan dan pakar melakukan pertemuan baru-baru ini di Mexico City membahas pembuatan sistem peringatan dini (mitigasi) berjaringan global dari kemungkinan ancaman asteroid pembunuh yang dapat menghujam Bumi di masa-masa mendatang.

Pertemuan yang berakhir 20 Januari 2010, seperti dilansir Space.com pada 29 Januari 2010, diadakan oleh Asosiasi Penjelajah Angkasa serta Pusat Regional Ilmu Antariksa dan Pendidikan Teknologi untuk Wilayah Amerika Latin dan Karibia (CRECTEALC).

Workshop ini dihadiri para ahli pelacak asteroid, astronom, mantan astronot, ahli manajemen bencana, pakar komunikasi dan otoritas dari PBB.

Workshop ini bertujuan untuk menjembatani satu langkah besar ke d epan mengenai ide perlunya komponen informasi, analisi, dan sistem peringatan berjaringan mengenai ancaman asteroid, tutur Ray Williamson, Direktur Eksekutif Yayasan Keamanan Dunia (SWF) yang ikut mengorganisir pertemuan itu.

Uniknya, pertemuan ini berakhir tidak jauh setelah terjadinya peristiwa jatuhnya meteorit kecil yang menghancurkan sebuah kantor milik dokter di Virginia, AS. Dan, sehari setelah Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (NAS), AS, melaporkan bahwa AS tidak melakukan upaya cukup untuk melindungi Bumi dari ancaman bahaya asteroid (near earth asteroid) dan komet.

Menurut Sergio Camacho, Sekjen CRECTEALC dan mantan Direktur Urusan Angkasa Luar Kantor PBB, workshop ini akan menjadi sumber vital bagi tim panel yang bekerja di Komite Perdamaian Angkasa Luar PBB. Komite ini bekerja selama tiga tahun ke depan untuk menyusun prosedur internasional dalam upaya mengatasi kemungkinan ancaman dampak kerusakan di Bumi akibat hujaman asteroid.

Gambaran mengenai kerusakan di Bumi yang bisa ditimbulkan akibat jatuhnya asteroid besar digambarkan dengan baik di sejumlah film layar lebar seperti Deep Impact dan Armageddon
0 komentar

Asteroid Misterius Saat Ini Sedang Mendekati Bumi


Asteroid Steins, salah satu asteroid besar yang tengah dipelajari para ilmuwan untuk mengungkap asal-usul alam semesta.Sebuah obyek luar angkasa misterius yang dinamakan 2010 AL30 diketahui tengah mendekati dan menuju Bumi. Pada Kamis (13/1/2010), benda yang diduga asteroid ini diperkirakan akan mencapai titik terdekat di Bumi, yaitu sepertiga jarak Bumi-Bulan.

Obyek yang diperkirakan berukuran 18 meter ini tengah menjadi perhatian astronom dunia. Seperti dilaporkan Discovery, meskipun diketahui terus mendekat ke Bumi, asteroid ini tidak menimbulkan ancaman langsung.

Pada Kamis, batu angkasa ini akan berada di jarak 130.000 kilometer dari Bumi atau sekitar sepertiga dari jarak Bumi ke Bulan. Sangat jarang ada obyek seperti asteroid yang berada pada jarak sedekat ini sebelumnya. Masih belum bisa dipastikan apakah obyek angkasa ini betul asteroid atau bukan. Penemuan 2010 AL30 terbilang sangat baru, yaitu 11 Januari lalu.

Beberapa ahli berpendapat, berdasarkan karakteristik bentuk orbit dan jangka waktu evolusi mengelilingi matahari yang serupa dengan Bumi, diyakini bahwa benda angkasa itu adalah sampah antariksa yang kebetulan mengorbit jauh dari astmosfer Bumi. Namun, pendapat tersebut dibantah oleh Alan W Harris, peneliti senior dari Space Science Institut, AS, karena 2010 AL30 tidak terlihat artifisial.

"Orbitnya tidak menyerupai lintasan bekas pesawat angkasa," ujarnya. Menurutnya, benda angkasa ini layaknya asteroid yang memotong lintasan Bumi lainnya. Hanya, kebetulan, orbitnya sempurna, yaitu menyerupai Bumi.

Kepastian bahwa benda ini asteroid atau bukan hanya bia dipastikan pada Kamis nanti, yaitu saat benda ini mendekati Bumi. Radar Goldstone milik NASA yang berada di Gurun Mojave dijadwalkan akan mengidentifikasi benda ini pada Rabu (13/1/2010). Pantulan gelombang yang ditembakkan ke benda ini akan memastikan wujudnya.

Terlepas pro dan kontra mengenai wujud benda ini sebenarnya, Andera Boattini dari Catalina Sky Survey mengatakan, kemunculan 2010 AL30 merupakan ujian dari sistem mitigasi di Bumi dalam menghadapi ancaman asteroid yang mungkin saja menghujam Bumi. Untungnya, meskipun mengarah ke Bumi, benda angkasa seukuran ini relatif tidak membahayakan penduduk. Sebab, kalaupun menabrak Bumi, benda yang kekuatan ledakannya setara bom atom kecil ini akan langsung hancur begitu menyentuh atmosfer.

Hingga hari ini, Spaceweather merilis, setidaknya ada 1.092 asteroid yang memiliki potensi menabrak Bumi. Ukuran panjangnya bermacam-macam, mulai dari yang kecil, yaitu 18 meter seperti 2010 AL30 hingga 1,4 kilometer macam 24761 Ahau yang kini berada masih jauh dari Bumi.
0 komentar

Soto Mata Sapi dari Madura


Akhirnya, bulan lalu, untuk pertama kalinya saya melintasi jembatan kebanggaan bangsa kita – Jembatan Suramadu. Karya putra bangsa ini membentang sepanjang lebih dari lima kilometer, menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura. Dari jendela lantai 18 kamar hotel saya di Embong Malang, jembatan ini tampak megah menghiasi panorama sebagian kota Surabaya, Selat Madura, dan sebagian Pulau Madura.

Berbagai jenis sarapan khas Madura pun sempat saya cicipi satu per satu. Dimulai dengan aneka bubur yang dijajakan penjual jongkok di Pasar Bangkalan. Seperti juga hampir selalu dapat dijumpai di berbagai kota Indonesia lain, bubur dan berbagai jajan pasar merupakan hidangan sarapan yang cocok. Pasalnya, berbagai jenis bubur ini mengandung karbohidrat yang membuat kenyang, cukup lunak sehingga mudah ditelan di pagi hari ketika “ruh” belum sepenuhnya terkumpul, dan juga mengandung gula yang secara sontak memberi energi.

Karena penjual bubur di Pasar Bangkalan ini kebanyakan berasal dari Desa Sobih, di dekat Bangkalan, maka bubur ini dikenal dengan nama tajin sobih. Jualan utamanya mirip bubur sumsum di Jawa, yaitu bubur dari tepung beras, santan yang dikentalkan, dan gula merah cair. Di samping itu, mereka juga menjual ketan hitam kukus yang dimakan dengan parutan kelapa, lopis, ongol-ongol, cenil, dan berbagai jajan pasar lainnya.

Seperti pernah saya kemukakan, sarapan seperti ini merupakan local wisdom yang akan menyelamatkan kita dari krisis pangan. Sumber karbohidratnya tidak melulu dari beras, melainkan dari berbagai umbi yang tersedia luas dan mudah ditanam dalam kondisi yang pas-pasan.

Karak dan nasi serpang

Sarapan kedua saya adalah makanan yang di Madura dikenal dengan nama karak. Uniknya, masakan khas ini hanya “beredar” di kampung Timur Pasar, tidak jauh dari alun-alun Bangkalan. Ternyata, yang disebut karak bukanlah nasi gosong yang melekat di dasar periuk seperti yang saya sangka semula. Disajikan di pincuk daun pisang, nasinya adalah campuran ketan hitam dan beras, sehingga menghasilkan tekstur yang sungguh khas. Tidak sepulen ketan (dalam bahasa Madura disebut plotan), dan menjadi lebih lembut karena dicampur beras. Lauknya hanya sejumput teri goreng dan parutan kelapa. Hidangan sederhana ini merupakan sarapan yang memuaskan.

Selain karak, di Bangkalan juga populer nasi serpang. Lagi-lagi, penamaan ini semata-mata karena semua penjual nasi di pinggir jalan ini berasal dari Desa Serpang di utara Bangkalan. Salah satu penjual nasi serpang yang populer – mungkin karena penjualnya cantik – mangkal di pinggir Jalan Lemahduwur, dekat Pecinan-nya Bangkalan.

Sebetulnya, nasi serpang ini hampir identik dengan nasi kucing yang sekarang populer di Jawa. Nasinya sedikit, dengan pilihan berbagai lauk sederhana. Tetapi, orang Madura memang dikenal piawai dalam hal memasak. Para ibu rumah tangga di Surabaya kebanyakan akan mencari pembantu dari Madura karena alasan ini.

Kesederhanaan lauk-pauk nasi serpang tetap dibalut dalam kerangka keahlian memasak ini. Semua masakannya seudeup. Duh, bahasa Sunda ini mungkin belum eksis, ya? Istimewanya lagi, penjual nasi serpang selalu menghadirkan masakan yang bahannya dari laut hingga udara. Mulai dari berbagai masakan ikan dari gatra laut, sayur-mayur dan ayam dari gatra darat, hingga burung puyuh goreng yang mewakili gatra udara. Hanya masakan dari gatra “kepolisian” saja yang tidak ada. He he he ...

Juara dan mak nyuss..

Dalam tulisan tentang Madura beberapa tahun yang lalu, saya pernah menulis tentang masakan juara dari Rumah Makan Amboina di dekat alun-alun Bangkalan. Bukan masakan Ambon, melainkan karena si empunya adalah orang Madura asli yang pernah beberapa tahun “terdampar” di Ambon.

Nah, juara keduanya adalah Rumah Makan Hikmah, di pinggir jalan raya utama Bangkalan. Rumah makan ini menghadirkan berbagai masakan khas Madura. Salah satu yang paling khas di sini adalah ikan bang-bangan (dalam logat Madura diucapkan sebagai beng-bengan). Ikan bang-bangan adalah ikan kakap merah yang dikeringkan dengan sedikit garam. Setelah kering, ikan ini dilembabkan kembali (rehydrate), lalu diiris tipis-tipis, dan dimasak dengan kuah mirip semur kental, tetapi dengan sedikit petis ikan. Dengan nasi hangat saja, sajian ini benar-benar mampu menggoyang lidah.

Madura juga terkenal dengan bebek gorengnya. Sekalipun menurut benchmark saya bebek paling juara adalah masakan H. Slamet Rahardjo di Kartasura – yang sekarang sudah buka waralaba di berbagai kota – tetapi, bebek goreng Madura sungguh tidak dapat dianggap enteng. Di Jalan Tembaan, samping Tugu Pahlawan Surabaya, ada penjual bebek goreng Madura yang istimewa. Begitu juga di “Kampung Madura” di Pulogadung.

Di jalan raya menuju Ketengan, ke arah Timur Bangkalan, ada Rumah Makan Sinjay yang khusus menjual bebek goreng. Rumah makan ini ternyata menjadi persinggahan mobil-mobil yang ramai lewat. Setiap harinya ratusan ekor bebek “dibantai” di sini.

Bebek gorengnya empuk, dengan bumbu yang meresap ke tulang. Di atas bebek yang digoreng hitam, ditaburkan sisa-sisa bumbu yang menjadi kering digoreng. “Kremes” yang sungguh gurih. Sambal trasinya diperkaya dengan serutan mangga muda. Mak nyuss!

Petualangan kuliner saya di Bangkalan ini ditutup dengan satu menu yang unik dan istimewa. Soto mata sapi! Ini bukan dari mata sapi berbentuk telur ayam goreng! Melainkan dari matanya sapi. Tersedia di Warung Istimewa, di jalan raya Desa Burneh, ke Timur dari Bangkalan.

Setiap hari, warung ini “memborong” bagian mata sapi (berikut sedikit tulang tengkorak yang mengelilinginya) dari berbagai pasar. Bahan dasar ini direbus sampai lima jam, sehingga menghasilkan kuah yang kental dan pekat. Bagian padat mata sapi masih utuh terbalut tulang. Setelah dibumbui, mata sapi ini disajikan sebagai soto dengan tambahan sedikit irisan daging sapi rebus.

0 komentar

Ke Bandung Lewat Pinggiran


Gurame Bakar Cobek Mang Use.
Ayam Bakar Sederhana.
Tape Ketan Putih.

Jalan tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi) membuat Jakarta-Bandung seperti tak berjarak lagi. Beberapa kali saya berangkat dari Semanggi di Jakarta Selatan dan tiba di Pintu Tol Pasteur, Bandung, 2 jam kemudian. Padahal, pada saat-saat macet, jarak dari Semanggi hingga ke rumah saya di Sentul City sering kali juga harus ditempuh dalam waktu 2 jam.
Kalau sedang tidak terburu-buru karena ditunggu "mojang Bandung anu gareulis pisan", mungkin lintasan ini dapat Anda pilih.

Semula banyak orang beranggapan bahwa dengan hadirnya jalan tol itu, hotel-hotel di Bandung akan sepi mengingat banyak orang dapat pergi-pulang tanpa menginap. Nyatanya, setelah jalan tol itu beroperasi, semakin banyak pula hotel baru bermunculan di Bandung.

Yang jelas, banyak tempat makan di lintasan lama yang kini kehilangan para tamunya. Bahkan, banyak yang terpaksa melakukan downsizing. Rumah Makan Alam Sari, misalnya, yang dulu pernah punya empat lokasi, sekarang hanya tinggal dua. Itu pun terpaksa dengan cara membuka lokasi baru yang tampak dari jalan tol. Tidak sedikit warung kecil yang terpaksa gulung tikar karena kehilangan traffic yang semula mengarus 24 jam di lintasan itu.

Soto Sadang di pinggiran Purwakarta, contoh yang lain, tampak agak sepi sekarang. Untungnya, soto Sadang melakukan “jemput bola” dan membuka gerai-gerai kecil di beberapa SPBU di jalan tol Jakarta-Cikampek maupun Purbaleunyi. Bila kangen Soto Sadang, biasanya saya singgah di pitstop Kilometer 57 Cikampek-Jakarta. Pilihannya adalah soto dengan kuah bening atau santan, dengan isian ayam, sapi, atau babat. Soto Sadang sekarang juga menyediakan sop buntut.

Purwakarta

Minggu lalu, saya sengaja pergi ke Bandung melewati lintasan lama. Kota pertama yang saya singgahi adalah Purwakarta. Selain soto sadang, Purwakarta juga terkenal dengan sate maranggi. Terus terang, saya lebih suka sate maranggi gagrak Cianjur. Di Cianjur, sate maranggi hanya dibuat dari daging sapi.

Setelah dagingnya dirangkai menjadi sate, direndam dalam bumbu yang utamanya terdiri atas kecap manis dan ketumbar sehingga hasil akhirnya adalah tendangan rasa mirip dendeng. Sate maranggi gagrak Cianjur ini mirip sekali dengan sate sapi manis di Ungaran, seperti Pak Kempleng atau Pak Isman.

Di Purwakarta, satenya hanya direndam dalam kecap manis. Ada pilihan daging, yaitu sapi atau kambing. Karena direndam semalam, secara teknis dagingnya telah mengalami pelayuan (aged) sehingga membuatnya lebih empuk.

Sayangnya, di Purwakarta juga tidak ada tradisi makan sate maranggi dengan nasi uduk. Di Cianjur, sate maranggi umumnya dimakan dengan nasi uduk yang dimasak dengan sedikit kunyit sehingga warnanya kuning muda. Satenya juga disajikan dengan sambal oncom.

Di Desa Cihuni, pinggiran Purwakarta, ada beberapa penjual sate maranggi. Salah satu yang paling terkenal adalah Mang Use. Sebetulnya, dibandingkan dengan yang lain, Mang Use relatif belum lama berjualan. Sejak tahun 1998 ia berjualan keliling kampung dengan pikulan.

Namun, sejak tiga tahun yang lalu ia mengubah posisi. Bukan Mang Use yang berkeliling mencari pembeli, melainkan pembelinya yang harus datang ke rumah Mang Use yang bagian depannya telah disulap menjadi warung sate maranggi.

Kentara sekali bahwa warung Mang Use yang paling laris di lintasan itu. Selain sate maranggi, di warung ini juga tersedia gurame bakar cobek. Mungkin karena saya sudah telanjur setia dengan sate maranggi Cianjur, di warung Mang Use ini yang mengesankan bagi saya justru gurame cobek. Sambalnya tidak terlalu pedas, tetapi sangat gurih. Kalau saya perhatikan dengan teliti, tampaknya kegurihan sambal itu didukung oleh bawang merah yang digoreng utuh dengan kulitnya, baru kemudian digerus menjadi sambal.

Kalijati

Dari Purwakarta, perjalanan saya teruskan ke Kalijati. Kota kecil itu cukup terkenal karena di sini ada pangkalan TNI AU yang hingga kini masih aktif. Pada masa pendudukan Jepang, pangkalan itu pernah menjadi landasan strategis bagi balatentara Jepang.

Ada satu tempat makan di Kalijati Barat yang tidak boleh dilewatkan. Namanya RM Sederhana. Tempatnya di tepi jalan raya, karena itu cukup populer dan cukup mudah ditemukan.

Hidangan istimewa di rumah makan ini adalah ayam bakar. Menjelang jam makan siang, beberapa puluh ayam panggang tampak bertumpuk di sebuah lemari kaca. Sangat menggiurkan. Sepintas tampak seperti ayam goreng karena warnanya yang coklat cantik.

Akan tetapi, sebenarnya itu dihasilkan dari “teknik” memanggang yang lebih mirip seperti mengasap. Lidah api sama sekali tidak menyentuh ayam yang dibakar, tetapi bara panasnya cukup membuat ayam matang. Teknik yang sama juga dipakai dalam membakar ayam tandoori di India.

Karena yang dipakai adalah ayam kampung, hasilnya adalah ayam bakar yang garing tidak berlemak, gurih, dan renyah. Saya sengaja memakai istilah renyah karena teksturnya memang tidak empuk. Saya sungguh terkesan dengan penampilan dan citarasa ayam bakar itu.

Di rumah makan tersebut, penyajiannya juga mirip di rumah makan padang. Semua masakan sudah tersedia di meja–kecuali ayam bakar yang harus diminta khusus. Lauk-pauk yang tersedia di meja adalah standar masakan Sunda: tahu dan tempe goreng, ikan mas goreng, dan lain-lain. Lalapannya khas, yaitu hadirnya seikat daun singkong yang dikukus utuh dalam ikatannya–di samping sayur-mayur mentah yang biasa dilalap. Sambalnya adalah pilihan sambal dadak atau sambal oncom.

Saya memilih sambal oncom tentu saja. Soalnya, di Desa Dawuan, tidak jauh dari Kalijati, banyak dijumpai pembuat oncom khas Dawuan yang dibuat dari kacang tanah. Kebanyakan oncom di Bandung dibuat dari ampas tahu–alias kedelai kuning. Oncom dari kacang tanah tentu saja rasanya lebih gurih.

Selain lauk-pauk melimpah, di meja juga tersedia dessert berupa tape dari ketan putih yang dibungkus daun kemiri. Penampilannya sangat mirip dengan tape ketan putih di Brebes, Jawa Tengah. Bedanya, di Brebes tapenya dibungkus daun jambu air, sedangkan di Kalijati pembungkusnya adalah daun kemiri. Keduanya menciptakan jejak pulasan warna hijau lembut pada tape yang manis. Tape itu juga cocok untuk dibungkus sebagai oleh-oleh.

Setelah Subang

Di lintasan itu juga banyak terdapat warung nasi Sunda yang berjajar-jajar di tepi jalan Desa Cijambe, tidak jauh setelah melintasi Subang. Kebanyakan warung nasi di sini memanfaatkan pemandangan indah pegunungan. Bahkan, ada yang menghadap ke hamparan kebun teh.

Saya singgah di RM Nangka. Seperti juga kebanyakan warung di Cijahe, di sini juga ada berbagai pilihan nasi: nasi timbel, nasi bakar, nasi merah, nasi liwet, dan nasi tutug oncom. Ada pula beberapa lauk yang jarang muncul di tempat lain, misalnya gepuk atau empal yang dibentuk seperti bola dan diikat bambu halus. Empuk dan gurih.

Setelah Cijahe, titik berhenti berikutnya yang dapat disinggahi adalah Cikole dan Lembang. Di Lembang lebih banyak pilihan. Di pasar ada yang menjual ketan bakar dengan berbagai bumbu. Ada juga dua rumah makan yang spesialis tahu.

Banyak kebun stroberi yang menawarkan atraksi memetik sendiri sambil singgah di saung-saung yang menyajikan masakan khas Sunda. Selain itu, juga ada beberapa warung yang spesialis menyajikan masakan dari daging kelinci, baik dalam bentuk sate, sop, gule, maupun kelinci goreng. Bahkan, barudak Bandung pun banyak yang berburu kuliner ke Lembang.

Kalau sedang tidak terburu-buru karena ditunggu mojang Bandung anu gareulis pisan, mungkin lintasan ini dapat Anda pilih–khususnya bila memang ingin melakukan wisata kuliner.

0 komentar

Little Nederland


Ke mana mengisi liburan? Barangkali Semarang bisa menjadi alternatif tujuan wisata, termasuk wisata ke Pecinan tentunya.Semarang, Little Holland, atau Little Nederland punya banyak daya tarik. Kota lama beserta bangunan bersejarah, Pecinan, dan kuliner legendaris bagaikan magnet yang sulit ditolak.

Arsitektur bangunan di kawasan Kota Lama, Semarang, beragam. Ada Gereja Blenduk (Nederlandsch Indische Kerk) bikinan 1750 dengan atap kubah yang dipugar pada 1894.

Di hadapan gereja ini berdiri gedung karya Thomas Karsten pada tahun 1916 yang kini menjadi Gedung Asuransi Jiwasraya. Tak lupa bangunan Stasiun Tawang yang mencoba tetap bertahan dari terjangan rob. Tambahan lagi, Pasar Semawis yang menghidupkan Pecinan.

Liem Thian Joe, dalam Riwayat Semarang, menyebutkan, kehidupan di Pecinan Lor yang kini bernama Gang Warung pada masa silam adalah pusat perhubungan. Ke sebelah barat bisa berhubungan dengan kampung pribumi yang sekarang jadi Kampung Kranggan dan Pasar Semarang (kini Pasar Damaran).

Sementara ke arah utara melintasi kali berhubungan dengan apa yang kini dikenal sebagai Petudungan, Pandean, Jerukkingkit, Ambengan, dan lain-lain.

Dalam buku itu ia juga mengisahkan asal-usul Pasar Johar. Pada tahun 1860, pasar ini merupakan bagian dari alun-alun, di bagian tepi sebelah timur yang berbatasan dengan jalan tumbuh pohon johar atau mahoni.

Pohon itu bikin teduh sehingga banyak orang senang berteduh di sana. Lama-lama pasar-pasar kecil pun tumbuh di bawah pohon ini. Pasar kecil ini pun berkembang dan membesar.

Pada 1865 bagian alun-alun ini telah menjadi pasar dengan pohon johar yang jug masih berdiri. Maka, jadilah nama pasar itu Pasar Johar. Pembesar kota kemudian membangun los dan pohon johar pun ditebang. Akan tetapi, tetap saja nama pasar itu Pasar Johar.

Seperti juga Gereja Blenduk, Pasar Johar adalah kreasi Thomas Karsten. Karsten tak berhenti sampai di Pasar Johar. Karya lain sebut saja Lawang Sewu, gedung yang kini jadi kantor Asuransi Jiwasraya, dan Perkampungan Mlaten.

Pada literatur lain disebutkan, struktur Little Nederland selesai dibangun pada tahun 1741 dan merupakan kawasan untuk orang Belanda. Di sini pernah ada perkantoran, hotel, perumahan, dan bangunan perdagangan lainnya dengan ikon Gereja Blenduk.

Semarang Tempo Dulu: Teori Desain Kawasan Bersejarah yang ditulis Wijanarko menyebutkan juga, Kampung Kauman, Pecinan, Kampung Melayu, dan Little Nederland mengelilingi apa yang dinamakan kota lama Semarang.

Yang layak disebut Kota Lama Semarang harusnya adalah Kanjengan. Namun, kompleks Kanjengan serta alun-alunnya sudah tak ada, hanya tersisa Masjid Agung Kauman. Sementara apa yang disebut Little Nederland adalah kawasan di sekitar Gereja Blenduk dengan berbagai gaya bangunan.

Semarang memang sangat menarik untuk ditelusuri. Selain urusan mata, yaitu terkait sejarah kota dan bangunan bersejarah, urusan perut juga tak boleh terlewatkan. Pasar Semawis di Pecinan layak dikunjungi. Deretan warung kaki lima yang pastinya bikin lupa diri siap unjuk rasa.

Belum lagi resto legendaris, Toko Oen, yang juga layak disambangi. Toko Oen berawal di Yogyakarta pada 1922, tetapi kemudian si empunya toko, Liem Gien Nio, memutuskan Semarang sebagai cabang pertama pada tahun 1936.

Toko Oen tak hanya menjadi cabang pertama, tetapi juga menjadi resto pertama di Semarang. Penganan ala Eropa hingga sekarang masih dipertahankan, antara lain es krim.

Dalam rangka mengenal Semarang dan Cap Go Meh, Komunitas Sahabat Museum menggelar Plesiran Tempo Doeloe ke Little Nederland pada 26-28 Februari. Biaya Rp 1,5 juta per orang antara lain untuk transportasi menggunakan kereta api, menginap di hotel tua, dan naik loko uap di Ambarawa sekaligus Museum Ambarawa.

"Kita akan ditemani Pak Prianto, ahli sejarah dari Universitas Diponegoro. Kita juga akan lihat stasiun pertama di Semarang, dipandu Pak Tjahjono. Pastinya enggak ketinggalan ke Pecinan, kelenteng, dan ngerasain kuliner legendaris Semarang," kata Ketua Komunitas Sahabat Museum Adep Purnama.

Ia juga mengatakan, peserta akan diberi tempat di hotel bersejarah, Hotel Bellevue. Hotel bergaya art deco ini dibangun pada 1919 dimiliki oleh Van Demen Wars. Kemudian sejak 1961 nama hotel berubah menjadi Hotel Candi Baru. Untuk mendaftar atau mengetahui informasi lebih detail, ia bisa dihubungi di adep@cbn.net.id. Tertarik? Ayo, segera daftar!
0 komentar

Romantisme Hindu-Islam di Situ Cangkuang



Candi Cangkuang
Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat.
Gapura memasuki kampung adat Pulo di komplek situs Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat.


Danau kecil atau oleh penduduk lokal disebut dengan situ menjadi sebuah pembuka saat para pelancong menapakkan kakinya di Situ Cangkuang. Bentangan danau yang ditumbuhi ratusan bunga teratai liar memagari pulau seberang seolah membawa pelancong memasuki gerbang surga keindahan alam yang diciptakan oleh Tuhan, surga yang langsung bisa dinikmati oleh mata telanjang manusia. Belum lagi udara pagi dengan lapisan kabut tipisnya menyapu bibir kawasan tersebut seolah mengerti apa yang dicari oleh pelancong.

Situ Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berada di sebuah kawasan perbukitan kecil yang memiliki ketinggian 695-706 meter dpl serta berdiri di lembah seluas 16,5 ha yang berhawa sejuk. Situ yang di kelilingi gugusan gunung di empat penjuru mata anginnya seperti Gunung Mandalawangi, Gunung Kaledong, Gunung Halimun, Gunung Batara Guru, Gunung Guntur dan Gunung Cikuray menjadikan situ Cangkuang sebagai pemikat alam yang menawarkan keindahan yang luar biasa.

Mengunjungi Situ Cangkuang tidak hanya sekadar menikmati sajian alam yang menawan. Namun romantisme Hindu dan Islam yang pernah tergali dari situs candi yang ditemukan di tengah Situ Cangkuang. Candi bercorak Hindu ini ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Candrasasmita berdasarkan atas laporan yang ditulis Vorderman dalam buku notulen Bataviaasch Genootshap (terbit tahun 1893). Dalam tulisan tersebut disinggung tentang temuan sebuah arca (Hindu) di sekitar situ dan sebuah makam keramat yang yakini sebagai Embah Dalem Arif Muhammad yang sangat dihormati oleh penduduk setempat.

Candi Cangkuang seperti yang terlihat sekarang ini, sebetulnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi yang diresmikan pada tahun 1978. Sebab bangunan aslinya hanya tinggal 35 persenan, sedangkan bentuk bangunan Candi Cangkuang yang asli sebenarnya belum diketahui. Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa dimana candi tersebut ditemukan. Sedangkan desa Cangkuang sendiri berasal dari nama pohon yang tumbuh subur di sekitar makam Embah Dalem Arif Muhammad, namanya pohon Cangkuang. Termasuk tanaman jenis pandan (Pandanus Furcatus), dahulu kala daunnya dapat dipergunakan untuk membuat tikar maupun untuk pembungkus gula aren.

Konon ceritanya Embah Dalem Arif Muhammad merupakan panglima perang dari kerajaan Mataram. Bersama prajuritnya mereka mencoba menyerang tentara VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur di Batavia sekarang Jakarta. Namun mengalami kekalahan, oleh karenanya Embah Dalem Arif Muhammad bersama pengikutnya merasa malu untuk pulang ke kerajaan Mataram. Dalam perlariannya mereka akhirnya memutuskan untuk menetap di kawasan Cangkuang yang waktu itu penuh dengan pemeluk kepercayaan animisme dan Hindu.

Bersama pengikutnya, Embah Dalem Arif Muhammad kemudian menyebarkan agama Islam dengan arif dan bijaksana. Embah Dalem Arif Muhammad kemudian menikahi seorang puteri cantik jelita yang tinggal di kawasan tersebut, namun puteri tersebut meminta satu syarat yang harus dipenuhi oleh sang calon suaminya. Membuatkan sebuah danau yang mengelilingi desanya. Dengan kekuatan yang dimiliki Embah Dalem Arif Muhammad akhirnya bisa mewujudkan. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai enam anak perempuan. Keenam anaknya inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya kampung adat Pulo. Pemukiman warga yang hanya terdiri dari enam rumah dan berada tepat di belakang Candi Cangkuang.

Untuk mencapai ke situs Cangkuang, para pelancong akan segera disambut dengan rakit-rakit bambu yang siap mengantarkan hingga ke pulau seberang. Dengan membayar Rp 3.000, para pelancong akan merasakan sensasi gelombang air danau sepanjang 500 meter. Kalau beruntung para pelancong bisa melihat aktivitas warga yang menjaring ikan. Dengan keahliannya, mereka hilir mudik di atas rakit sambil menebar jala. Sekitar 10 menitan Anda sudah mencapai pulau tersebut. Dengan membayar Rp 2000 untuk restribusi masuk ke situs Candi Cangkuang dan Kampung adat Pulo. Anda bisa menelusuri kembali romantisme yang dulu terbangun antara Islam-Hindu.

Desa Cangkuang terletak disebelah utara Kabupaten Garut masuk Kecamatan Leles, tepatnya 16 km dari Garut atau 54 km dari Bandung. Untuk mencapai situs Cangkuang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Dari Jalan Raya Bandung - Tasikmalaya, lebih kurang 9 km meninggalkan Bandung, tidak jauh dari turunan Nagrek akan menemukan persimpangan menuju Kabupaten Garut atau jantung kota Garut.

Setibanya di alun-alun Kecamatan Leles, ada sebuah papan petunjuk yang jelas dan mengarahkan para pelancong ke lokasi situs Cangkuang. Masuk ke dalam sejauh kurang lebih 3 km, kendaraan roda empat atau angkutan umum masih bisa melewati jalan ini. Para pelancong juga bisa memilih angkutan ojek, delman (angkutan tradisional yang ditarik dengan kuda) atau berjalan selama 30 menit sembari menikmati jajaran gunung Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur yang menjulang tinggi. Tidak lama kemudian pelancong segera disambut dengan gapura yang tidak terlalu besar yang menandakan Selamat Datang di situ Cangkuang.

Nah tidak ada salahnya bagi para pelancong untuk menyisipkan kegiatan liburan kali ini dengan mencoba menerobos keindahan Garut, dengan mengunjungi situ Cangkuang yang eksotis serta melihat tinggalan sejarah yang unik dengan menelusuri kembali romantisme Hindu-Islam di Candi Cangkuang serta kampung adat Pulo yang hanya memiliki enam rumah.
0 komentar
macet
 
 

© Bluberry Template Copyright by The Magic World

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks